Reportase
Pengembangan Karakter
SD Tanah Tingal Tahun Pembelajaran 2012-2013
Ada suasana yang berbeda di SD Tanah Tingal pada pagi hari Senin, 3
September 2012. Anak-anak berbaju pramuka tengah berkumpul di ruang tunggu,
sebagian ada di dekat parkir kendaraan, dengan membawa tas ransel dan
perlengkapan kemping. Rupanya pada hari itu kelas 4 sampai dengan kelas 6 SD
Tanah Tingal akan berangkat ke Cisaat Sukabumi, untuk mengadakan kemping, dalam
rangka kegiatan Pengembangan karakter, sementara siswa kelas 1-3 melakukan
kegiatan pengembangan karakter di Sekolah.
“Kegiatan pengembangan karakter
adalah salah satu kegiatan yang dikemas untuk menanamkan nilai-nilai karakter
tangguh bagi para siswa di SD Tanah Tingal, yang sudah berjalan kurang lebih 5
tahun, tentunya dengan format yang terus mengalami perubahan dan perbaikan”,
demikian penjelasan pak Ikin sebagai kepala sekolah SD Tanah Tingal.
Sementara itu mobil TNI telah
berada di lokasi parkir, untuk mengangkut panitia dan peserta kemping ke
lokasi, dan satu mobil bak terbuka dipersiapkan untuk mengangkut barang-barang. Jam 07.30, seluruh panitia berkumpul untuk
mengatur teknis penempatan barang-barang dan personil. Ibu Ida memberikan usulan
untuk mengecek perlengkapan kelompok berikut peserta yang hadir, dan setelah
siap, bisa langsung menuju ke kendaraan. Ide ibu Ida disepakati untuk
dilaksanakan. Dengan diawali dengan do’a kepada Allah SWT, seluruh panitia
memanjatkan keberhasilan kegiatan pengembangan karakter kali ini, baik yang
melaksanakan di sekolah, maupun yang akan berangkat ke Cisaat Sukabumi.
Setelah pengecekan kelompok
selesai, kelompok yang sudah siap, menempatkan barang-barang di mobil terbuka,
dan langsung menuju mobil TNI. Mereka langsung menempati tempat berdasarkan
kelompoknya. “anak-anak mari kita membaca doa naik kendaraan”, salah seorang
guru memimpin berdoa naik kendaraan, serentak seluruh panitia dan siswa
membaca, “Subhaanal ladzii sakhkhara lanaa haadzaa, wamaa kunnaa lahuu
muqriniina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun”
Setelah pembacaan do’a,
dilanjutkan dengan membaca artinya “Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan
ini bagi kami, padahal kami tidak kuasa mengendalikannya, dan kepada Allah kami
akan kembali”.
Jam 08.30, kendaraan melaju
melewati jalan merpati raya, tegal rotan, dan masuk pintu tol pondok aren, dan
keluar di pintu tol ciawi. Perjalanan tersendat di beberapa tempat khususnya
yang berada di lokasi pasar. Namun demikian anak-anak tetap terus semangat,
mereka berbincang bincang dengan teman yang ada disekitarnya sambil berbagi
makanan. Mereka mendapatkan pembelajaran pentingnya berbagi, mereka juga jadi
lebih dekat dan saling mengenal masing-masing karakter, untuk disikapi secara
positif.
Pak Ikin bertanya,”bagaimana
perasaan kalian naik kendaraan ini? “senang”, jawab anak-anak, “ada yang sudah
pernah naik kendaraan seperti ini?””Belum”, jawab kebanyakan siswa, tapi ada
juga yang berkata “sudah”, tapi hanya 3 orang. Memang terlihat dari raut wajah
anak-anak, mereka begitu menikmati perjalana, walaupun diselingi dengan
pertanyaan, “masih lama belum pak? “masih lama” atau “sebentar lagi”, Jawab
bapak dan ibu guru.
Mobil berhenti di depan polsek
cisaat, dan salah seorang guru turun dari kendaraan untuk menyerahkan surat
jalan, untuk memberitahukan bahwa dari SD Tanah Tingal akan mengadakan kegiatan
selama 3 hari 2 malam. Setelah itu kendaraan melaju kembali menuju lokasi
kemping. Jam 12.30. kendaraan sampai di lokasi, tetapi para siswa harus jalan
ke lokasi, tempat diturunkannya barang-barang yang diangkut oleh mobil bak
terbuka. Mereka membawa barang bawaannya masing-masing dan perlengkapan
kelompok, sementara para guru dan tenaga support membawa perlengkapan panitia,
dan keperluan umum, seperti gallon air mineral, cool box, tenda, dan lain-lain.
Pembelajaran yang diperoleh dari
kegiatan mengangkut barang-barang adalah, yang membawa barang melebihi dari
yang dibutuhkan akan menanggung beban lebih banyak, selanjutnya orang yang
masih kuat, bisa membantu yang membutuhkan bantuan. Kondisi siswa secara umum
memiliki ketahanan tubuh yang bagus, hanya ada satu orang ketika mengangkut
barang, yang tidak kuat, sehingga harus digendong.
Ketika sampai di lokasi kemping,
mereka memasak, ada yang makan makanan ringan yang di bawa dari rumah, dan ada
pula yang melaksanakan sholat dzuhur. Setelah tenaga mereka pulih mereka
mendirikan tenda. Ada dua tenda besar dengan kapasitas 20 orang dan 4 tenda
kecil, satu untuk kelompok, 3 untuk tenda guru. Mereka menggunakan kayu bakar
untuk memasak, dan ada juga yang menggunakan kompor spiritus. Dengan penuh
perjuangan, akhirnya mereka bisa juga belajar membuat tungku tanpa menggunakan
bahan bakar minyak, yang berakibat, tangan, kaki dan wajah belepotan denangan
jelaga, tetapi tampak mereka melakukan aktifitas dengan penuh semangat.
Penempatan tenda dibuat berbentuk
huruf U, sebelah barat ditempati panitia-
supaya mudah memantau seluruh peserta-, sebelah utara anak laki-laki, dan
sebelah selatan oleh anak perempuan. Jam 03.30, anak-anak sudah terdengar ada
yang bangun dan membangunkan peserta yang masih tidur. Mereka ada yang ke
toilet ada ngobrol dan ada yang bermain, dan ada juga yang mengambil ari wudlu.
Ketika adzan subuh tiba, mereka melakukan sholat subuh secara berjamaah, dan
ada juga yang sendiri-sendiri. Tidak terasa dari suasana gelap, lambat laun
menjadi terang, tiba saatnya melakukan game dan olah raga pagi, sebelum
melakukan sarapan yang dipimpin oleh ibu Ida dan Ibu Asih. Kegiatan berjalan
sekitar 30 menit, setelah itu mereka melanjutkan dengan memasak dan sarapan.
“kelompok singa laut”, “kelompok
Melati”, kelompok Mawar, kelompok
Harimau, Kelompok buat barisan”, demikan
setiap pemimpin kelompok mengajak kelompoknya untuk membuat barisan. Rupanya
mereka akan melakukan perjalanan ke curug sawer, mereka membawa pakaian ganti
dan air minum. Perjalanan menuju curug sawer cukup mengasyikkan, tanjakan dan
turunan menjadi medan yang membuat para peserta tertantang untuk dengan
semangat melakukan perjalanan, dan hanya satu dua orang yang mengeluh. Tetapi
mereka saling memberikan semangat untuk bisa sampai ke curug. Bahkan ada yang
berkata “ rasa lelah kita sekarang, pasti akan terbayar ketika sudah sampai
curu”, kata salah seorang peserta. Benar saja, ketika kita memasuki pintu masuk
curug sawer, anak-anak berlarian menuju curug, diikuti oleh panitia, menjaga
agar mereka tetap terpantau dan aman. Mereka semua menikmati pemandangan yang
begitu indah dan air yang bersih dan dingin, sehingga ada diantara peserta yang
tadinya tidak mau berenang di curug, akhirnya ikut basah-basahan.
Jarum jam menunjukkan jam 11.30,
panitia meminta anak-anak untuk mengganti pakaian basahnya, anak perempuan
berganti pakaian di toilet, anak laki-laki di dekat air terjunnya. Lalu mereka
melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan rute yang berbeda. Panitia membuat
strategi untuk menguji mental anak-anak, dengan pura-pura salah jalan. Berbagai
reaksi dari peserta, ada yang menanyakan berapa lama lagi mereka akan sampai,
ada yang melihat jam terus menerus, bahkan ada satu orang yang mogok tidak mau
melanjutkan perjalanan, dengan motivasi dari para panitia, akhirnya yang
bersangkutan bisa melanjutkan perjalanan.
Panitia, disela-sela waktu
istirahat, memberikan pembelajaran tentang, pentingnya air – kadang tidak
disadari bahwa Allah telah memberikan nikmat air yang cukup untuk minum
sehari-hari, atau mensyukuri, betapa kita harus bersyukur kepada orang tua yang
telah menyediakan tempat tinggal yang layak, kepada pembantu yang menyiapkan
makanan,. “ini adalah pelajaran langsung yang lebih melekat dibandingkan dengan
kita hanya membaca buku tentang syukur kepada Allah, orang tua, dan orang-orang
yang telah membantu kita” kata pak Ikin yang kebetulan memberikan debriefing
materi hiking. Sampai akhirnya mereka kembali ke perkemahan sekitar jam 13.00,
dan mereka melanjutkan memasak untuk makan siang.
Setelah makan siang mereka
berlatih untuk persiapan performance di malam kedua dengan sangat antusias. Betapa mereka memiliki energy yang lebih dan
semangat yang mungkin harus dicontoh oleh orang-orang dewasa, bahwa mereka
selalu riang gembira, walaupun terkadang kita harus arahkan apabila melakukan
kegiatan yang berbahaya. Berbagai penampilan telah dipersiapkan, dan makan
malampun telah dilakukan. Tiba saatnya mereka untuk tampil, tapi terlihat cuaca
mulai mendung, dan satu dua air hujan mengenai peserta yang akan tampil. Apakah
performance tidak jadi? Tentu saja tidak, karena para peserta sudah membawa jas
huja, jadi mereka tetap bisa menampilkan kebolehannya, dengan menggunakan jas
hujan. Alhamdulillah, hujannya ternyata tidak terlalu lebat, sehingga tidak
terlalu mengganggu penampilan tiap kelompok.
“Krik, krik, krik,“ bunyi
jengkrik, menemani para peserta yang tertidur lelap setelah melakukan kegiatan
senam pagi, game, hiking, dan performance. Berbeda ketika malam pertama mereka
baru datang, mereka cenderung susah tidur, tetapi setelah malam ke dua mereka
telah beradaptasi menikmati tidurnya. Ketika bunyi ayam berkokok terdengar, dan
adzan subuh tedengar berkumandang anak-anak masih tertidur pulas sehingga
panitia harus membangunkan mereka. Bagi yang muslim, mereka langsung mengambil
air wudlu dan sholat subuh, sementara yang non muslim melakukan aktifitas
pribadi.
Bahan bakar sudah menipis, tetapi
beras masih banyak, bagaimana solusinya ya? Kebetulan ada pedagang nasi uduk,
yang dari hari pertama, selalu ada di lokasi kemping, tetapi hanya satu orang yang
membeli, tetapi ia selalu datang, di hari ke dua, dan ketiga. Mereka
menawarkan, “pak bagaimana kalau beras-beras itu ditukar dengan nasi uduk saya,
dan gorengannya? Akhirnya setelah berdiskusi panitia memutuskan untuk
menyetujui permintaan para pedagan itu. Sementara bahan bakar yang ada
dipergunakan untuk memasak lauk pauk yang tersisa. Alhamdulillah panitia dan
peserta dapat makan pagi dengan cukup. Panitia membagi lauk pauk secara merata
kepada seluruh pantia dan peserta, dan bagi yang merasa kurang dan masih ada
lauk pauknya, boleh menambah. Setelah itu para peserta membuat kerangka
karangan untuk mereka kembangkan menjadi sebuah tulisan pada hari Kamis dan
Jum’at, dan pada hari Senin karangan tersebut harus dikumpulkan kepada guru
kelasnya.
Cukup lama mereka mengecek
kembali barang-barang yang di bawa dari rumah, dilanjutkan dengan membongkar
tenda. Sampai akhirnya semua menyatakan telah lengkap barang-barangnya, maka
semua peserta dan panitia membaca hamdalah, dan meninggalkan lokasi perkemahan
menuju lokasi parkir mobil. Tas dan
barang-barang disusun di pinggir-pinggir yang dipergunakan untuk sandaran
siswa, dan ditengah dibuat satu barisan, pada saat kepulangan ini, anak-anak
terlihat lelah dan tertidur, tetapi ketika sudah memasuki tol Jagorawi, hampir
semua anak terbangun, dan terlihat lebih segar. Hanya berhenti sekali di pom
bensin, karena ada anak yang ingin ke toilet. Sampai di sekolah jam 14.15,
mereka bersorak sorai, disambut oleh orang tua yang telah menunggu mereka di
lokasi parkir Sekolah Tanah Tingal.
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah dan kerja keras dari
tim panitia guru-guru SD kelas 4-6, kegiatan pengembangan karakter ini berjalan
dengan baik.
Terimakasih, anak-anakku, terimakasih para guru.
Ditulis oleh : Ikin Ahmad Sodikin