Selasa, 12 Maret 2013

Ular


"ada ular, ada ular, ada ular", ibu Anita salah seorang guru kami berteriak,  lalu saya mendatangi bu Anita dan menanyakan dimana letak ularnya. bu Anita menunjukan arah ular itu yang berada disaluran air, persis depan pintu masuk ruangannya - di sekolah kami para murid dan guru terbiasa bertemu dengan binatang ini dan kami telah mengajarkan pengenalan satwa yang ada di lingkungan sekolah. Rupanya itu adalah anak ular kobra, akhirnya sayapun mencoba mencari ranting untuk memindahkan ular tersebut. karena posisi ular terhalang oleh jeruji besi, maka saya harus menggeser sedikit demi sedikit. dengan susah payah saya terus berusaha menggeser ular tersebut, tetapi sang ular hanya bergeser beberapa cm saja sambil kepalanya berdiri dan mengeluarkan bunyi ssssssss. Dalam hati, saya terus membaca beberapa doa perlindungan, jangan-jangan ini bukan sembarang ular. Tidak lama kemudian muncul teman saya bernama pak Dedi, ia langsung membantu saya menggeser ular tersebut agar keluar.

Alhamdulillah, setelah beberapa saat sang ular akhirnya bisa kami keluarkan, dan saya meminta teman saya untuk memindahkan ular tersebut ke tempat yang agak terbuka dengan menggunakan kayu yang pendek. "ah nggak mau ah, nanti kalau dia langsung menyerang saya gimana," kata pak Dedy. Akhirnya ia membawa bambu yang agak panjang dan ular tersebtu dapat dipindahkan. Tetapi anehnya walaupun sudah dipindahkan sang anak ular tidak mau pergi, ia tetap dalam posisi berdisi sambil terus berdesis. Setelah saya amati dari dekat, ada sesuatu yang menempel di bagian ekornya. saya tekan kepala ular itu dengan ranting, dan saya mencoba melepaskan benda yang menempel tersebut. rupanya ekor sang anak ular terkena double tip yang besar dibagian ekornya sehingga ia tidak bisa bergerak. rupanya di dekat ruangan tersebut ada anak yang senang menggunakan double tip, dan double tip itu terjatuh ke saluran air. ketika sang anak ular lewat, terperangkaplah ia. setelah dobule tipnya dilepas, sang ularpun lari ke semak-semak, dengan bahagianya.

Tadinya kami berfikir sang ular akan mengganggu kami, ternyata kami salah, justru sang anak ular sebenarnya dalam penderitaan ingin melepaskan diri dari lengketnya double tip,  untung kami tidak langsung memukulnya. waspadalah, waspadalah sebelum bertindak.

Jumat, 07 September 2012

Pengembangan Karakter SD Tanah Tingal


Reportase

Pengembangan Karakter SD Tanah Tingal Tahun Pembelajaran 2012-2013

Ada suasana yang berbeda  di SD Tanah Tingal pada pagi hari Senin, 3 September 2012. Anak-anak berbaju pramuka tengah berkumpul di ruang tunggu, sebagian ada di dekat parkir kendaraan, dengan membawa tas ransel dan perlengkapan kemping. Rupanya pada hari itu kelas 4 sampai dengan kelas 6 SD Tanah Tingal akan berangkat ke Cisaat Sukabumi, untuk mengadakan kemping, dalam rangka kegiatan Pengembangan karakter, sementara siswa kelas 1-3 melakukan kegiatan pengembangan karakter di Sekolah.

“Kegiatan pengembangan karakter adalah salah satu kegiatan yang dikemas untuk menanamkan nilai-nilai karakter tangguh bagi para siswa di SD Tanah Tingal, yang sudah berjalan kurang lebih 5 tahun, tentunya dengan format yang terus mengalami perubahan dan perbaikan”, demikian penjelasan pak Ikin sebagai kepala sekolah SD Tanah Tingal.

Sementara itu mobil TNI telah berada di lokasi parkir, untuk mengangkut panitia dan peserta kemping ke lokasi, dan satu mobil bak terbuka dipersiapkan untuk mengangkut barang-barang.  Jam 07.30, seluruh panitia berkumpul untuk mengatur teknis penempatan barang-barang dan personil. Ibu Ida memberikan usulan untuk mengecek perlengkapan kelompok berikut peserta yang hadir, dan setelah siap, bisa langsung menuju ke kendaraan. Ide ibu Ida disepakati untuk dilaksanakan. Dengan diawali dengan do’a kepada Allah SWT, seluruh panitia memanjatkan keberhasilan kegiatan pengembangan karakter kali ini, baik yang melaksanakan di sekolah, maupun yang akan berangkat ke Cisaat Sukabumi.

Setelah pengecekan kelompok selesai, kelompok yang sudah siap, menempatkan barang-barang di mobil terbuka, dan langsung menuju mobil TNI. Mereka langsung menempati tempat berdasarkan kelompoknya. “anak-anak mari kita membaca doa naik kendaraan”, salah seorang guru memimpin berdoa naik kendaraan, serentak seluruh panitia dan siswa membaca, “Subhaanal ladzii sakhkhara lanaa haadzaa, wamaa kunnaa lahuu muqriniina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun”

Setelah pembacaan do’a, dilanjutkan dengan membaca artinya “Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini bagi kami, padahal kami tidak kuasa mengendalikannya, dan kepada Allah kami akan kembali”.

Jam 08.30, kendaraan melaju melewati jalan merpati raya, tegal rotan, dan masuk pintu tol pondok aren, dan keluar di pintu tol ciawi. Perjalanan tersendat di beberapa tempat khususnya yang berada di lokasi pasar. Namun demikian anak-anak tetap terus semangat, mereka berbincang bincang dengan teman yang ada disekitarnya sambil berbagi makanan. Mereka mendapatkan pembelajaran pentingnya berbagi, mereka juga jadi lebih dekat dan saling mengenal masing-masing karakter, untuk disikapi secara positif.

Pak Ikin bertanya,”bagaimana perasaan kalian naik kendaraan ini? “senang”, jawab anak-anak, “ada yang sudah pernah naik kendaraan seperti ini?””Belum”, jawab kebanyakan siswa, tapi ada juga yang berkata “sudah”, tapi hanya 3 orang. Memang terlihat dari raut wajah anak-anak, mereka begitu menikmati perjalana, walaupun diselingi dengan pertanyaan, “masih lama belum pak? “masih lama” atau “sebentar lagi”, Jawab bapak dan ibu guru.

Mobil berhenti di depan polsek cisaat, dan salah seorang guru turun dari kendaraan untuk menyerahkan surat jalan, untuk memberitahukan bahwa dari SD Tanah Tingal akan mengadakan kegiatan selama 3 hari 2 malam. Setelah itu kendaraan melaju kembali menuju lokasi kemping. Jam 12.30. kendaraan sampai di lokasi, tetapi para siswa harus jalan ke lokasi, tempat diturunkannya barang-barang yang diangkut oleh mobil bak terbuka. Mereka membawa barang bawaannya masing-masing dan perlengkapan kelompok, sementara para guru dan tenaga support membawa perlengkapan panitia, dan keperluan umum, seperti gallon air mineral, cool box, tenda, dan lain-lain.

Pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan mengangkut barang-barang adalah, yang membawa barang melebihi dari yang dibutuhkan akan menanggung beban lebih banyak, selanjutnya orang yang masih kuat, bisa membantu yang membutuhkan bantuan. Kondisi siswa secara umum memiliki ketahanan tubuh yang bagus, hanya ada satu orang ketika mengangkut barang, yang tidak kuat, sehingga harus digendong.

Ketika sampai di lokasi kemping, mereka memasak, ada yang makan makanan ringan yang di bawa dari rumah, dan ada pula yang melaksanakan sholat dzuhur. Setelah tenaga mereka pulih mereka mendirikan tenda. Ada dua tenda besar dengan kapasitas 20 orang dan 4 tenda kecil, satu untuk kelompok, 3 untuk tenda guru. Mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak, dan ada juga yang menggunakan kompor spiritus. Dengan penuh perjuangan, akhirnya mereka bisa juga belajar membuat tungku tanpa menggunakan bahan bakar minyak, yang berakibat, tangan, kaki dan wajah belepotan denangan jelaga, tetapi tampak mereka melakukan aktifitas dengan penuh semangat.

Penempatan tenda dibuat berbentuk huruf U, sebelah barat ditempati  panitia- supaya mudah memantau seluruh peserta-, sebelah utara anak laki-laki, dan sebelah selatan oleh anak perempuan. Jam 03.30, anak-anak sudah terdengar ada yang bangun dan membangunkan peserta yang masih tidur. Mereka ada yang ke toilet ada ngobrol dan ada yang bermain, dan ada juga yang mengambil ari wudlu. Ketika adzan subuh tiba, mereka melakukan sholat subuh secara berjamaah, dan ada juga yang sendiri-sendiri. Tidak terasa dari suasana gelap, lambat laun menjadi terang, tiba saatnya melakukan game dan olah raga pagi, sebelum melakukan sarapan yang dipimpin oleh ibu Ida dan Ibu Asih. Kegiatan berjalan sekitar 30 menit, setelah itu mereka melanjutkan dengan memasak dan sarapan.

“kelompok singa laut”, “kelompok Melati”, kelompok  Mawar, kelompok Harimau, Kelompok  buat barisan”, demikan setiap pemimpin kelompok mengajak kelompoknya untuk membuat barisan. Rupanya mereka akan melakukan perjalanan ke curug sawer, mereka membawa pakaian ganti dan air minum. Perjalanan menuju curug sawer cukup mengasyikkan, tanjakan dan turunan menjadi medan yang membuat para peserta tertantang untuk dengan semangat melakukan perjalanan, dan hanya satu dua orang yang mengeluh. Tetapi mereka saling memberikan semangat untuk bisa sampai ke curug. Bahkan ada yang berkata “ rasa lelah kita sekarang, pasti akan terbayar ketika sudah sampai curu”, kata salah seorang peserta. Benar saja, ketika kita memasuki pintu masuk curug sawer, anak-anak berlarian menuju curug, diikuti oleh panitia, menjaga agar mereka tetap terpantau dan aman. Mereka semua menikmati pemandangan yang begitu indah dan air yang bersih dan dingin, sehingga ada diantara peserta yang tadinya tidak mau berenang di curug, akhirnya ikut basah-basahan.

Jarum jam menunjukkan jam 11.30, panitia meminta anak-anak untuk mengganti pakaian basahnya, anak perempuan berganti pakaian di toilet, anak laki-laki di dekat air terjunnya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan rute yang berbeda. Panitia membuat strategi untuk menguji mental anak-anak, dengan pura-pura salah jalan. Berbagai reaksi dari peserta, ada yang menanyakan berapa lama lagi mereka akan sampai, ada yang melihat jam terus menerus, bahkan ada satu orang yang mogok tidak mau melanjutkan perjalanan, dengan motivasi dari para panitia, akhirnya yang bersangkutan bisa melanjutkan perjalanan.

Panitia, disela-sela waktu istirahat, memberikan pembelajaran tentang, pentingnya air – kadang tidak disadari bahwa Allah telah memberikan nikmat air yang cukup untuk minum sehari-hari, atau mensyukuri, betapa kita harus bersyukur kepada orang tua yang telah menyediakan tempat tinggal yang layak, kepada pembantu yang menyiapkan makanan,. “ini adalah pelajaran langsung yang lebih melekat dibandingkan dengan kita hanya membaca buku tentang syukur kepada Allah, orang tua, dan orang-orang yang telah membantu kita” kata pak Ikin yang kebetulan memberikan debriefing materi hiking. Sampai akhirnya mereka kembali ke perkemahan sekitar jam 13.00, dan mereka melanjutkan memasak untuk makan siang.

Setelah makan siang mereka berlatih untuk persiapan performance di malam kedua dengan sangat antusias.  Betapa mereka memiliki energy yang lebih dan semangat yang mungkin harus dicontoh oleh orang-orang dewasa, bahwa mereka selalu riang gembira, walaupun terkadang kita harus arahkan apabila melakukan kegiatan yang berbahaya. Berbagai penampilan telah dipersiapkan, dan makan malampun telah dilakukan. Tiba saatnya mereka untuk tampil, tapi terlihat cuaca mulai mendung, dan satu dua air hujan mengenai peserta yang akan tampil. Apakah performance tidak jadi? Tentu saja tidak, karena para peserta sudah membawa jas huja, jadi mereka tetap bisa menampilkan kebolehannya, dengan menggunakan jas hujan. Alhamdulillah, hujannya ternyata tidak terlalu lebat, sehingga tidak terlalu mengganggu penampilan tiap kelompok.

“Krik, krik, krik,“ bunyi jengkrik, menemani para peserta yang tertidur lelap setelah melakukan kegiatan senam pagi, game, hiking, dan performance. Berbeda ketika malam pertama mereka baru datang, mereka cenderung susah tidur, tetapi setelah malam ke dua mereka telah beradaptasi menikmati tidurnya. Ketika bunyi ayam berkokok terdengar, dan adzan subuh tedengar berkumandang anak-anak masih tertidur pulas sehingga panitia harus membangunkan mereka. Bagi yang muslim, mereka langsung mengambil air wudlu dan sholat subuh, sementara yang non muslim melakukan aktifitas pribadi.

Bahan bakar sudah menipis, tetapi beras masih banyak, bagaimana solusinya ya? Kebetulan ada pedagang nasi uduk, yang dari hari pertama, selalu ada di lokasi kemping, tetapi hanya satu orang yang membeli, tetapi ia selalu datang, di hari ke dua, dan ketiga. Mereka menawarkan, “pak bagaimana kalau beras-beras itu ditukar dengan nasi uduk saya, dan gorengannya? Akhirnya setelah berdiskusi panitia memutuskan untuk menyetujui permintaan para pedagan itu. Sementara bahan bakar yang ada dipergunakan untuk memasak lauk pauk yang tersisa. Alhamdulillah panitia dan peserta dapat makan pagi dengan cukup. Panitia membagi lauk pauk secara merata kepada seluruh pantia dan peserta, dan bagi yang merasa kurang dan masih ada lauk pauknya, boleh menambah. Setelah itu para peserta membuat kerangka karangan untuk mereka kembangkan menjadi sebuah tulisan pada hari Kamis dan Jum’at, dan pada hari Senin karangan tersebut harus dikumpulkan kepada guru kelasnya.

Cukup lama mereka mengecek kembali barang-barang yang di bawa dari rumah, dilanjutkan dengan membongkar tenda. Sampai akhirnya semua menyatakan telah lengkap barang-barangnya, maka semua peserta dan panitia membaca hamdalah, dan meninggalkan lokasi perkemahan menuju  lokasi parkir mobil. Tas dan barang-barang disusun di pinggir-pinggir yang dipergunakan untuk sandaran siswa, dan ditengah dibuat satu barisan, pada saat kepulangan ini, anak-anak terlihat lelah dan tertidur, tetapi ketika sudah memasuki tol Jagorawi, hampir semua anak terbangun, dan terlihat lebih segar. Hanya berhenti sekali di pom bensin, karena ada anak yang ingin ke toilet. Sampai di sekolah jam 14.15, mereka bersorak sorai, disambut oleh orang tua yang telah menunggu mereka di lokasi parkir Sekolah Tanah Tingal.
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah dan kerja keras dari tim panitia guru-guru SD kelas 4-6, kegiatan pengembangan karakter ini berjalan dengan baik.
Terimakasih, anak-anakku, terimakasih para guru.

Ditulis oleh : Ikin Ahmad Sodikin





















Selasa, 12 Oktober 2010

MURID

"Anak-anak buka buku halaman 16, perhatikan semuanya, coba Dudi baca!"demikianlah kalimat yang sering kita dengar bagi bapak ibu guru yang mengajarkan siswanya. Atau seorang guru menerangkan seluruh pelajarannya dari awal sampai akhir, tanpa memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya atau menyampaikan materi yang disampaikannya.
Persepsi yang ada dalam benak seorang guru tentang murid, mungkin mereka itu dianggap masih kecil, mereka belum tahu tentang materi yang akan saya sampaikan. Seorang murid dianggap sebagai objek yang siap menerima apapun yang disampaikan gurunya. seorang guru memiliki otoritas penuh untuk memperlakukan anak didiknya, dan bagi anak yang mencoba berbeda pandangan dengan seorang guru dianggap sebagai anak yang tidak patuh.
Perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan, menuntut seorang guru untuk lebih pandai menggali informasi dari murid, seberapa jauh mereka mengetahui materi yang akan diajarkan dan lebih kreatif dalam menyajikan materi. Dari hasil pertanyaan yang dilontarkan terhadap murid tersebut akan diketahui apa saja yang mereka sudah ketahui dan yang belum ketahui, selanjutnya, guru tinggal menerangkan materi yang memang belum diketahui atau akan lebih baik, apabila dari pengetahuan-pengetahuan yang telah diketahui murid, dikolaborasikan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru buat mereka.
Manfaat yang akan diperoleh oleh guru dan murid adalah :
1. Guru akan menghemat tenaga dan waktu dalam menerangkan pelajaran
2. Murid merasa dihargai, mereka akan lebih menghargai kepada guru
3. Murid tertantang untuk mempergunakan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk mendapatkan ilmu yang baru.
4. Murid akan terhindar dari rasa bosan dalam belajar, karena ada tipe murid yang bosan
dengan pengulangan materi yang sudah diketahui.
Seorang guru yang mempersiapkan materi pembelajaran dengan baik, akan mempunyai cadangan strategi pembelajaran berikut medianya. Karena kondisi di dalam kelas tidak selamanya sesuai dengan rencana. Seorang guru dapat mempergunakan rencana satu dan rencana dua. Murid terlihat malas, atau banyak yang bercanda, adalah indikator seorang guru harus melakukan strategi lain.

Senin, 11 Oktober 2010

Mengajar yuk!

Aduh aku kehilangan ide nih untuk mengajar. Mmungkin kata-kata tersebut lebih baik ketimbang aku tidak ada masalah karena muridku tidak akan protes walaupun hanya disuruh mencatat materi yang ada di buku paket. Ungkapan pertama di atas merupakan wujud kepedulian terhadap dunia mengajar. Tapi memang tidak boleh berhenti sebatas di ungkapan itu saja, harus ditindak lanjuti dengan suatu tindakan, walaupun hanya bergeser tempat duduk dari tempat pertama kita duduk. Lihat keluar dan identifikasi, potensi apa yang bisa dimanfaatkan untuk sarana belajar dan kegiatan apa yang bisa dilakukan. Satu buah ranting bisa menjadi inspirasi pengajaran, daun, plastik, sandal, sepatu, baju, kain, dan segudang benda yang dapat dijadikan inspirasi.
biasakan bertanya terhadap diri sendiri mengenai sesuatu, nanti tubuh akan merespon, dari apa yang kita tanyakan. jangan anggap sepele pertanyaan kita kepada diri sendiri, karena dari kita bertanya itu akan menggerakkan tubuh kita. Cari terus jawabannya, jangan hentikan sebelum dapat menjawab jawaban tersebut.
Buat media pembelajarannya, dan cari tempatnya.
Selamat melaksanakan!

Sabtu, 09 Mei 2009

Kelelawar

"Gedebuk" terdengar suara benda jatuh. Kelelawar jatuh pak", spontan para siswa yang sedang berbicang-bincang dengan ku melihat ke arah benda yang jatuh itu. Saya pun turut melihat kelelawar itu, lalu saya mengajak para siswa untuk menolongnya, mereka semua mencoba untuk mendekati, tetapi masih ragu-ragu. Ternyata dibeberapa bagian tubuh anak kelelawar itu terdapat semut rangrang, suara si anak kelelawar sangat kencang terdengar, barangkali ia kesakitan. Lalu saya mencoba untuk melepaskan gigitan semut dari tubuh si kelelawar. Setelah selesai, tiba-tiba induk kelelawar datang dan menyambar kami yang telah menolong anaknya tersebut. Jeritan suara anak kelelawar tersebut rupanya didengar oleh sang ibu, ia berputar-putar mengelilingi kami, lalu saya bilang kepada para murid, "anak-anak biarkan induk kelelawar itu akan mengambil anaknya". Semua murid mengikuti kata-kata saya, mereka semua mundur dan menjauhi sang anak kelelawar, tetapi mereka dengan penuh rasa ingin tahu terus mengamati gerak-gerik kedua kelelawar tersebut. Ternyata benar dalam putaran ke tiga, sang induk langsung menukik dan mencengkram anaknya dan langsung membawanya terbang.
Alhamdulillah, kami semua lega, karena sang anak telah dapat diselamatkan oleh induknya.
Dalam kesempatan itu, saya langsung bertanya kepada para murid, "apa yang dapat kita ambil pelajarannya dari kejadian yang baru saja terjadi.
"Kasih sayang orang tua kepada anaknya pak". "Benar", jawab saya, lalu bagaimana halnya dengan kasih sayang orang tua kita semua. Mereka berkata bahwa, Binatang saja memiliki kasih sayang kepada anaknya, apalagi manusia yang diberi akal dan pikiran oleh Tuhan YME. Lalu saya melanjutkan pertanyaan, "Bagaimana seharusnya kita membalas kebaikan orang tua? "Belajar dengan baik", jawab salah seorang anak. Bagus, kata saya, jadi kita harus berusaha untuk membahagiakan orang tua, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi dengan sikap yang baik, dan tutur kata yang baik pula.
Tidak lama kemudian, bunyi ketungan berbunyi, tandanya waktu bermain telah usai. Segera para siswa menuju ke kelasnya masing-masing.
Ya Allah Terimakasih telah mengirimkan kelelawar sebagai media belajar para siswa di sekolah