Jumat, 07 September 2012

Pengembangan Karakter SD Tanah Tingal


Reportase

Pengembangan Karakter SD Tanah Tingal Tahun Pembelajaran 2012-2013

Ada suasana yang berbeda  di SD Tanah Tingal pada pagi hari Senin, 3 September 2012. Anak-anak berbaju pramuka tengah berkumpul di ruang tunggu, sebagian ada di dekat parkir kendaraan, dengan membawa tas ransel dan perlengkapan kemping. Rupanya pada hari itu kelas 4 sampai dengan kelas 6 SD Tanah Tingal akan berangkat ke Cisaat Sukabumi, untuk mengadakan kemping, dalam rangka kegiatan Pengembangan karakter, sementara siswa kelas 1-3 melakukan kegiatan pengembangan karakter di Sekolah.

“Kegiatan pengembangan karakter adalah salah satu kegiatan yang dikemas untuk menanamkan nilai-nilai karakter tangguh bagi para siswa di SD Tanah Tingal, yang sudah berjalan kurang lebih 5 tahun, tentunya dengan format yang terus mengalami perubahan dan perbaikan”, demikian penjelasan pak Ikin sebagai kepala sekolah SD Tanah Tingal.

Sementara itu mobil TNI telah berada di lokasi parkir, untuk mengangkut panitia dan peserta kemping ke lokasi, dan satu mobil bak terbuka dipersiapkan untuk mengangkut barang-barang.  Jam 07.30, seluruh panitia berkumpul untuk mengatur teknis penempatan barang-barang dan personil. Ibu Ida memberikan usulan untuk mengecek perlengkapan kelompok berikut peserta yang hadir, dan setelah siap, bisa langsung menuju ke kendaraan. Ide ibu Ida disepakati untuk dilaksanakan. Dengan diawali dengan do’a kepada Allah SWT, seluruh panitia memanjatkan keberhasilan kegiatan pengembangan karakter kali ini, baik yang melaksanakan di sekolah, maupun yang akan berangkat ke Cisaat Sukabumi.

Setelah pengecekan kelompok selesai, kelompok yang sudah siap, menempatkan barang-barang di mobil terbuka, dan langsung menuju mobil TNI. Mereka langsung menempati tempat berdasarkan kelompoknya. “anak-anak mari kita membaca doa naik kendaraan”, salah seorang guru memimpin berdoa naik kendaraan, serentak seluruh panitia dan siswa membaca, “Subhaanal ladzii sakhkhara lanaa haadzaa, wamaa kunnaa lahuu muqriniina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun”

Setelah pembacaan do’a, dilanjutkan dengan membaca artinya “Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini bagi kami, padahal kami tidak kuasa mengendalikannya, dan kepada Allah kami akan kembali”.

Jam 08.30, kendaraan melaju melewati jalan merpati raya, tegal rotan, dan masuk pintu tol pondok aren, dan keluar di pintu tol ciawi. Perjalanan tersendat di beberapa tempat khususnya yang berada di lokasi pasar. Namun demikian anak-anak tetap terus semangat, mereka berbincang bincang dengan teman yang ada disekitarnya sambil berbagi makanan. Mereka mendapatkan pembelajaran pentingnya berbagi, mereka juga jadi lebih dekat dan saling mengenal masing-masing karakter, untuk disikapi secara positif.

Pak Ikin bertanya,”bagaimana perasaan kalian naik kendaraan ini? “senang”, jawab anak-anak, “ada yang sudah pernah naik kendaraan seperti ini?””Belum”, jawab kebanyakan siswa, tapi ada juga yang berkata “sudah”, tapi hanya 3 orang. Memang terlihat dari raut wajah anak-anak, mereka begitu menikmati perjalana, walaupun diselingi dengan pertanyaan, “masih lama belum pak? “masih lama” atau “sebentar lagi”, Jawab bapak dan ibu guru.

Mobil berhenti di depan polsek cisaat, dan salah seorang guru turun dari kendaraan untuk menyerahkan surat jalan, untuk memberitahukan bahwa dari SD Tanah Tingal akan mengadakan kegiatan selama 3 hari 2 malam. Setelah itu kendaraan melaju kembali menuju lokasi kemping. Jam 12.30. kendaraan sampai di lokasi, tetapi para siswa harus jalan ke lokasi, tempat diturunkannya barang-barang yang diangkut oleh mobil bak terbuka. Mereka membawa barang bawaannya masing-masing dan perlengkapan kelompok, sementara para guru dan tenaga support membawa perlengkapan panitia, dan keperluan umum, seperti gallon air mineral, cool box, tenda, dan lain-lain.

Pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan mengangkut barang-barang adalah, yang membawa barang melebihi dari yang dibutuhkan akan menanggung beban lebih banyak, selanjutnya orang yang masih kuat, bisa membantu yang membutuhkan bantuan. Kondisi siswa secara umum memiliki ketahanan tubuh yang bagus, hanya ada satu orang ketika mengangkut barang, yang tidak kuat, sehingga harus digendong.

Ketika sampai di lokasi kemping, mereka memasak, ada yang makan makanan ringan yang di bawa dari rumah, dan ada pula yang melaksanakan sholat dzuhur. Setelah tenaga mereka pulih mereka mendirikan tenda. Ada dua tenda besar dengan kapasitas 20 orang dan 4 tenda kecil, satu untuk kelompok, 3 untuk tenda guru. Mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak, dan ada juga yang menggunakan kompor spiritus. Dengan penuh perjuangan, akhirnya mereka bisa juga belajar membuat tungku tanpa menggunakan bahan bakar minyak, yang berakibat, tangan, kaki dan wajah belepotan denangan jelaga, tetapi tampak mereka melakukan aktifitas dengan penuh semangat.

Penempatan tenda dibuat berbentuk huruf U, sebelah barat ditempati  panitia- supaya mudah memantau seluruh peserta-, sebelah utara anak laki-laki, dan sebelah selatan oleh anak perempuan. Jam 03.30, anak-anak sudah terdengar ada yang bangun dan membangunkan peserta yang masih tidur. Mereka ada yang ke toilet ada ngobrol dan ada yang bermain, dan ada juga yang mengambil ari wudlu. Ketika adzan subuh tiba, mereka melakukan sholat subuh secara berjamaah, dan ada juga yang sendiri-sendiri. Tidak terasa dari suasana gelap, lambat laun menjadi terang, tiba saatnya melakukan game dan olah raga pagi, sebelum melakukan sarapan yang dipimpin oleh ibu Ida dan Ibu Asih. Kegiatan berjalan sekitar 30 menit, setelah itu mereka melanjutkan dengan memasak dan sarapan.

“kelompok singa laut”, “kelompok Melati”, kelompok  Mawar, kelompok Harimau, Kelompok  buat barisan”, demikan setiap pemimpin kelompok mengajak kelompoknya untuk membuat barisan. Rupanya mereka akan melakukan perjalanan ke curug sawer, mereka membawa pakaian ganti dan air minum. Perjalanan menuju curug sawer cukup mengasyikkan, tanjakan dan turunan menjadi medan yang membuat para peserta tertantang untuk dengan semangat melakukan perjalanan, dan hanya satu dua orang yang mengeluh. Tetapi mereka saling memberikan semangat untuk bisa sampai ke curug. Bahkan ada yang berkata “ rasa lelah kita sekarang, pasti akan terbayar ketika sudah sampai curu”, kata salah seorang peserta. Benar saja, ketika kita memasuki pintu masuk curug sawer, anak-anak berlarian menuju curug, diikuti oleh panitia, menjaga agar mereka tetap terpantau dan aman. Mereka semua menikmati pemandangan yang begitu indah dan air yang bersih dan dingin, sehingga ada diantara peserta yang tadinya tidak mau berenang di curug, akhirnya ikut basah-basahan.

Jarum jam menunjukkan jam 11.30, panitia meminta anak-anak untuk mengganti pakaian basahnya, anak perempuan berganti pakaian di toilet, anak laki-laki di dekat air terjunnya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan rute yang berbeda. Panitia membuat strategi untuk menguji mental anak-anak, dengan pura-pura salah jalan. Berbagai reaksi dari peserta, ada yang menanyakan berapa lama lagi mereka akan sampai, ada yang melihat jam terus menerus, bahkan ada satu orang yang mogok tidak mau melanjutkan perjalanan, dengan motivasi dari para panitia, akhirnya yang bersangkutan bisa melanjutkan perjalanan.

Panitia, disela-sela waktu istirahat, memberikan pembelajaran tentang, pentingnya air – kadang tidak disadari bahwa Allah telah memberikan nikmat air yang cukup untuk minum sehari-hari, atau mensyukuri, betapa kita harus bersyukur kepada orang tua yang telah menyediakan tempat tinggal yang layak, kepada pembantu yang menyiapkan makanan,. “ini adalah pelajaran langsung yang lebih melekat dibandingkan dengan kita hanya membaca buku tentang syukur kepada Allah, orang tua, dan orang-orang yang telah membantu kita” kata pak Ikin yang kebetulan memberikan debriefing materi hiking. Sampai akhirnya mereka kembali ke perkemahan sekitar jam 13.00, dan mereka melanjutkan memasak untuk makan siang.

Setelah makan siang mereka berlatih untuk persiapan performance di malam kedua dengan sangat antusias.  Betapa mereka memiliki energy yang lebih dan semangat yang mungkin harus dicontoh oleh orang-orang dewasa, bahwa mereka selalu riang gembira, walaupun terkadang kita harus arahkan apabila melakukan kegiatan yang berbahaya. Berbagai penampilan telah dipersiapkan, dan makan malampun telah dilakukan. Tiba saatnya mereka untuk tampil, tapi terlihat cuaca mulai mendung, dan satu dua air hujan mengenai peserta yang akan tampil. Apakah performance tidak jadi? Tentu saja tidak, karena para peserta sudah membawa jas huja, jadi mereka tetap bisa menampilkan kebolehannya, dengan menggunakan jas hujan. Alhamdulillah, hujannya ternyata tidak terlalu lebat, sehingga tidak terlalu mengganggu penampilan tiap kelompok.

“Krik, krik, krik,“ bunyi jengkrik, menemani para peserta yang tertidur lelap setelah melakukan kegiatan senam pagi, game, hiking, dan performance. Berbeda ketika malam pertama mereka baru datang, mereka cenderung susah tidur, tetapi setelah malam ke dua mereka telah beradaptasi menikmati tidurnya. Ketika bunyi ayam berkokok terdengar, dan adzan subuh tedengar berkumandang anak-anak masih tertidur pulas sehingga panitia harus membangunkan mereka. Bagi yang muslim, mereka langsung mengambil air wudlu dan sholat subuh, sementara yang non muslim melakukan aktifitas pribadi.

Bahan bakar sudah menipis, tetapi beras masih banyak, bagaimana solusinya ya? Kebetulan ada pedagang nasi uduk, yang dari hari pertama, selalu ada di lokasi kemping, tetapi hanya satu orang yang membeli, tetapi ia selalu datang, di hari ke dua, dan ketiga. Mereka menawarkan, “pak bagaimana kalau beras-beras itu ditukar dengan nasi uduk saya, dan gorengannya? Akhirnya setelah berdiskusi panitia memutuskan untuk menyetujui permintaan para pedagan itu. Sementara bahan bakar yang ada dipergunakan untuk memasak lauk pauk yang tersisa. Alhamdulillah panitia dan peserta dapat makan pagi dengan cukup. Panitia membagi lauk pauk secara merata kepada seluruh pantia dan peserta, dan bagi yang merasa kurang dan masih ada lauk pauknya, boleh menambah. Setelah itu para peserta membuat kerangka karangan untuk mereka kembangkan menjadi sebuah tulisan pada hari Kamis dan Jum’at, dan pada hari Senin karangan tersebut harus dikumpulkan kepada guru kelasnya.

Cukup lama mereka mengecek kembali barang-barang yang di bawa dari rumah, dilanjutkan dengan membongkar tenda. Sampai akhirnya semua menyatakan telah lengkap barang-barangnya, maka semua peserta dan panitia membaca hamdalah, dan meninggalkan lokasi perkemahan menuju  lokasi parkir mobil. Tas dan barang-barang disusun di pinggir-pinggir yang dipergunakan untuk sandaran siswa, dan ditengah dibuat satu barisan, pada saat kepulangan ini, anak-anak terlihat lelah dan tertidur, tetapi ketika sudah memasuki tol Jagorawi, hampir semua anak terbangun, dan terlihat lebih segar. Hanya berhenti sekali di pom bensin, karena ada anak yang ingin ke toilet. Sampai di sekolah jam 14.15, mereka bersorak sorai, disambut oleh orang tua yang telah menunggu mereka di lokasi parkir Sekolah Tanah Tingal.
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah dan kerja keras dari tim panitia guru-guru SD kelas 4-6, kegiatan pengembangan karakter ini berjalan dengan baik.
Terimakasih, anak-anakku, terimakasih para guru.

Ditulis oleh : Ikin Ahmad Sodikin